TIMES HAJI, MAKKAH – Pemerintah Arab Saudi menetapkan wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah atau Selasa, 27 Juni 2023. Itu berarti, rangkaian puncak haji dimulai dari Arafah, Muzdalifah dan Mina, segera dimulai.
Sebanyak 2,5 juta jemaah haji dari berbagai negara di dunia mulai berbondong-bondong menuju ke Arafah pada 8 Dzulhijah atau Senin (26/6/2023). Jutaan jamaah haji tersebut akan menjalani wukuf di Arafah.
Jemaah haji Indonesia mulau berangkat ke Arafah pada Senin (26/6/2023) pagi. Pemberangkatan dilakukan dalam dalam tiga tahap. Pertama mulai pukul 07.00-11.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Tahap kedua, mulai pukul 11.00-15.00 WAS. Tahap ketiga, mulai pukul 15.00 WAS sampai selesai.
"Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, serta pihak Masyarik, menyusun rencana pergerakan jamaah haji pada fase di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Jamaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Dzulhijjah," ungkap Ketua PPIH Arab Saudi, Subhan Cholid, Minggu (25/6/2023).
Usai berada di Arafah, jamaah haji Indonesia akan diarahkan ke maktab-maktab (tenda) yang sudah disiapkan berdasar pemetaan antarnegara. Adapun per tenda akan diisi sekitar 2.900 jamaah. Subhan menjelaskan, ada 21 bus yang akan dialokasikan untuk setiap maktab untuk mengangkut jamaah dari masing-masing hotel menuju Arafah.
"Insya Allah setiap maktab bisa diselesaikan dalam tiga setengah kali putaran penjemputan," kata Subhan.
Pergerakan selanjutnya adalah dari Arafah menuju Muzdalifah usai jamaah menjalani ibadah wukuf. Pada fase ini, sarana transportasi yang digunakan setiap maktab dikurangi menjadi sembilan bus. Pengurangan dari 21 menjadi sembilan bus tersebut dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan jemaah dan arus lalu lintas.
Jarak antara Muzdalifah ke Mina, berkisar dua kilometer. Untuk menghindari kemacetan, armada bus yang digunakan kembali dikurangi. Per maktab hanya disediakan lima bus yang akan mengangkut jamaah haji Indonesia. Hal itu menjadikan proses perputaran bus menjadi lebih banyak.
Sementara untuk pergerakan jemaah dari Mina ke Makkah, armada yang digunakan akan kembali menjadi 21 bus per maktab.
"Jemaah yang mengambil nafar awal akan diberangkatkan pada 12 Dzulhijah yakni sebelum terbenamnya matahari. Sedangkan yang mengambil nafar tsani akan diberangkatkan dari Mina pada 13 Dzulhijah," ungkap Subhan.
Selama di Mina, jamaah lansia diimbau untuk tetap berada di tenda. Proses lempar jumrah bisa diwakilkan kepada jemaah lainnya dan itu sah. Sebab, untuk sampai ke jamarat, jemaah harus jalan kaki dan itu butuh energi luar biasa.
Jarak terdekat antara tenda ke jemarat sekitar tiga kilometer. Kalau pergi pulang berarti jarak tempuhnya enam kilometer. Adapun jarak tenda jemaah haji Indonesia yang terjauh mencapai tujuh kilometer. Jika pergi pulang berarti 14 kilometer.
"Melihat medannya, bagi jemaah lansia berat, karenanya bisa diwakilkan. Secara syar'i memang diizinkan untuk diwakilkan. Jemaah lansia tetap berada di tenda untuk berdoa dan berzikir, sementara lempar jumrahnya diwakilkan," ungkap Subhan.
Menurut Kabid Perlindungan Jemaah (Linjam) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Harun Al Rasyid, petugas haji yang ditempatkan di Arafah sesuai jadwal dan rute pergerakan yang telah disusun oleh Satuan Operasi (Satops) Armuzna. Sampai di Arafah petugas langsung menempati sektor-sektor yang sudah dibentuk.
"Di Arafah ini ada 70 maktab yang akan dipetakan dalam 11 sektor adhoc, mulai dari satu sampai 11 sektor adhoc. Setiap satu adhoc akan membawahi delapan sampai sembilan maktab. Setiap maktab berisi tujuh kloter. Personel tiap-tiap maktab berjumlah 48-50 orang dari petugas Daker Bandara dan Makkah," ucapnya.
Sedangkan petugas haji yang ditugaskan di Muzdalifah dan Mina, akan didorong pada Selasa (27/6/2023) dini hari Waktu Arab Saudi. (*)